Evolusi digital di Indonesia yang diawali dengan marketplace dan jasa transportasi online mengantarkan Indonesia ke Indeks Evolusi Digital yang melebihi beberapa negara di Dunia. Dengan beredarnya ratusan juta ponsel dan ratusan juta pengguna internet, era cloud dimulai. Penyedia Layanan Cloud berlomba menawarkan segudang harapan bagi para startup. Tidak sedikit startup yang meroket dan menggoncang bisnis perusahaan besar yang sudah lama beroperasi.

Perusahaan Startup Memulai Dengan Layanan Cloud

Para perusahaan Startup Digital di Indonesia pada awal debut usahanya, menggunakan layanan cloud seperti AWS untuk meringankan biaya investasi awal. Dan dalam perkembangannya, perusahaan startup tersebut semakin membutuhkan kapasitas dan otomatis infrastruktur lebih besar lagi dari waktu ke waktu.

Penerapan biaya cloud, banyak menarik perusahaan untuk memakai layanan ini yang seluruhnya berdasar “On Demand” atau “Pay as You go” seperti langganan TV kabel. Hal ini menurunkan TCO (total cost of ownership) atau biaya akuisisi perangkat seperti server, switch, storage, monitoring dan sebagainya.

Setelah 2 tahun berjalan dan peningkatan kapasitas tetap berlanjut, ada sebuah studi yang menjelaskan bahwa pada titik tertentu perusahaan startup akan mengevaluasi ulang arsitektur IT mereka. Ternyata dalam biaya cloud tersebut terdapat biaya layanan lainnya yang juga terus ikut naik seiring naiknya kapasitas.

Migrasi Layanan Cloud ke On Premise Data Center (Colocation)

Hal tersebut mulai terlihat pada akhir tahun 2016. Perusahaan startup seperti Groupon dan DropBox mulai kembali ke sistem data center sebagian. Ada yang mengatakan 95% kembali pada sistem on-premise data center dan 5% nya tetap di cloud.

Mereka membandingkan antara biaya cloud saat ini (setelah mereka maju pesat) dengan investasi perangkat fisik untuk jangka waktu 3 tahun kedepan. Server tersebut di sebar di beberapa wilayah dan sistem cloud menggerakkan data center tersebut dengan teknik otomasi dan orkestrasi pada lingkungan virtual.

Perhitungan biaya cloud tahunan yang murah sebelumnya itu lantas menemui hasil bahwa 1 tahun biaya cloud sama dengan biaya on premise data center selama 3 tahun setidaknya. Dengan demikian, para pimpinan perusahaan tersebut telah melakukan keputusan yang termasuk paling dramatis selain akusisi Yahoo di sepanjang tahun 2016.

Kilas Balik Layanan Cloud 2016 dan Perkiraan di Tahun 2017

Layanan cloud di tahun 2017 akan semakin selektif dipilih oleh para IT shoppers di seluruh dunia. Mereka akan lebih bertanya secara detail, seperti infrastruktur data center yang menjadi tulang punggung operasional layanan cloud tersebut.

Ada kejadian unik di tahun 2016, dimana sebuah website yang ramai kunjungan hingga ratusan ribu orang perhari (milik orang Indonesia), tiba-tiba down. Penyedia layanan cloud mereka (di Singapore) mengalami masalah dan tidak menyediakan backup! ini benar-benar unik. Beruntungnya si pemlik website tersebut tidak sampai menuntut perusahaan penyedia layanan cloud di Singapore tersebut.

Layanan cloud seharusnya selain memiliki jaminan uptime SLA juga proteksi keamanan dan cadangan. Dari sini, para pengguna layanan cloud akan mulai berhati-hati dalam memilih layanan cloud. Hal ini juga mendorong dimulainya era Hybrid Data Center di Asia Tenggara, termasuk Indoesia tentunya sebagai Digital Nation Terbesar se ASEAN.

Suatu layanan cloud akan mendapatkan nilai lebih jika tulang punggung mereka berada pada sebuah data center yang memiliki hampir nol downtime. Sehingga, jaminan kualitas layanan / SLA dapat lebih masuk akal bagi para pengguna layanan cloud.

Perkembangan teknologi digital di Indonesia cukup cepat, dan intensitasnya semakin tinggi. Berbagai paket kebijakan dari pemerintahan di terbitkan untuk mendukung transformasi digital dan kedaulatan data. Para ahli IT di Indonesia mulai dikenal namanya secara internasional. Sekitar 80% dari Data Center Indonesia sudah memiliki kualitas kelas dunia. Dengan kondisi ini, sudah tidak dapat diragukan lagi bahwa tahun 2017 Era Digital di Indonesia akan semakin ramai.

Semoga tulisan ini dapat membuka wawasan kita semua, khususnya para pelaku bisnis cloud (cloud provider Indonesia) dan para praktisi IT di Indonesia. Kami akan senang sekali untuk mendengar pendapat anda.

Pin It on Pinterest

Share This