Yo, brosis! Gak bisa dipungkiri, zaman sekarang hidup makin lama, dan teknologi medis makin canggih. Hal ini bikin semakin banyak orang tua yang terus bertahan dalam dunia ini. Di sisi lain, banyak pasangan muda yang makin memilih buat punya anak di usia yang lebih matang. Nah, dari perpaduan itu, muncullah istilah keren nih, “Generasi Sandwich.” Ini adalah generasi yang ngerasa kaya ada di antara dua generasi lainnya.

Apa Itu Generasi Sandwich?

Jadi, Generasi Sandwich ini tuh usianya biasanya antara 30 sampai 60 tahun (di tahun 2023 nih). Mereka ini adalah sosok-sosok yang punya peran ganda, alias jadi caregiver buat orang tua yang menua dan butuh ekstra perhatian, tapi juga harus ngurusin anak-anak mereka sendiri, plus nyoba ngejalanin karir dan kehidupan pribadi. Keren, ya?

Tantangan Besar Generasi Sandwich

Makanya, mereka disebut Generasi Sandwich, kayaknya pas banget deh, sebab mereka ini kayak berada di antara dua “roti” generasi yang membentuk “roti sandwich.”

Tapi, nggak bisa dipungkiri, hidup di tengah peran ganda gini bisa bikin stres dan berasa dibebani banyak tugas. Ini juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik mereka.

Apalagi kalau Klik BCA lagi error, tambah stress deh yang ada. Ini sih lintas generasi ya, mau sandwich kek, mau strawberry, apalagi boomer, mereka bakal pusing tujuh keliling! 

Berpeluang Berkembang Melalui Tantangan

Salah satu tantangan paling gede buat Generasi Sandwich adalah ngejaga keseimbangan antara jadi caregiver dan menjalani karir. Karena orang tua mereka butuh perhatian lebih, mereka seringkali harus rela nunda-nunda karir atau bahkan ambil cuti buat rawat orang tua. Di sisi lain, mereka juga harus tetap memenuhi kebutuhan keluarga dan ngebesarin anak-anak mereka. Tapi, meskipun tantangan besar, Generasi Sandwich ini punya peluang untuk berkembang dan belajar banyak hal berharga.

Generasi Strawberry: Kreatif dan Sensitif Sosial

Oh iya, ada juga yang bilang ada istilah “Generasi Strawberry” sekarang. Mereka adalah generasi muda yang kreatif dan inovatif, tumbuh di era digital dan informasi yang berkembang pesat. Mereka punya potensi buat membawa ide-ide segar dan solusi baru yang bisa meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Tapi tentu, ada juga tantangan yang harus dihadapi, seperti kurangnya kesabaran dan kemampuan untuk bertahan dalam situasi keras di dunia kerja. Jadi, penting buat mereka buat kembangkan skill interpersonal, manajemen waktu, dan kemampuan bekerja dalam tim.

Media Sosial Melahirkan Ego Lebih Tinggi dalam Komunikasi

Seperti dapat kita lihat akhir-akhir ini, mulai dari pelecehan, penganiayaan, bahkan pemerkosaan dan pembantaian yang terjadi sekarang ini sudah bukan ranah orang dewasa saja, tetapi anak-anak telah menjadi pelaku kejahatan tersebut.

Mereka terpengaruh oleh informasi dan lingkungan di media sosial yang mengarahkan mereka pada tindak kejahatan.

Tentu ini tidak serta merta, akan tetapi laten sifatnya. Pertama ego mereka dulu yang ditekan dengan flexing keluarga pejabat sontoloyo.

Kemudian harga diri semakin tinggi dan bernilai, dan berpengaruh pada jawaban di WhatsApp.

Ini saya alami ketika menyeleksi karyawan, saya cutt mereka yang terlalu sulit diajak berkomunikasi, karena tipe pekerjaan yang saya tawarkan adalah 100% WFH.

Dan terkadang, mereka para generasi Strawberry ini, suka berkomunikasi dengan sok akrab, menggunakan icon-icon yang mereka gunakan untuk meledek kawannya.

Itu memang jadi salah satu kendala pada generasi strawberry. Mereka rata-rata cerdas dan ahli di bidangnya, mereka mgnikuti passion, tapi attitude mereka masih perlu polesan lagi. Misal dengan belajar mengaji atau dengan menghafal dan memahami arti asmaul husna selengkap mungkin.

Kesimpulan

Jadi, kesimpulannya adalah, Generasi Sandwich punya tantangan dan peluang yang unik. Mereka bisa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman mereka, dengan dukungan yang pas dan sikap positif.

Semangat terus, Generasi Sandwich dan Generasi Strawberry!

Pin It on Pinterest

Share This