Di era tekonologi digital, selruuh data penting kini dapat lebih aman tersimpan. Walaupun gedung cyber kebakaran data tidak boleh hilang. Ada beberapa standard yang mewajibkan perusahaan untuk memiliki cadangan data, sehingga ketika ada insiden pada data center utama maka data dan operasional dapat dipulihkan.

Benarkah Data Bisa Hilang Ketika Gedung Cyber Kebakaran?

Gedung Cyber I yang eks Wisma Elektrindo ini sebetulnya tergolong ruangan termahal di Jakarta. Banyak penyedia jasa teknologi dan jaringan yang antri untuk mendapatkan tempat di Gedung Cyber.

Anehnya, gedung ini masih bisa kebakaran, seharusnya gedung dengan biaya sewa mahal tersebut dapat memiliki keamanan yang redundant dan harus di cek berkala oleh badan-badan terentu.

Sebuah tempat yang banyak menyimpan data penting seharusnya di desain menggunakan semen tahan api, memiliki smoke detector dan cadangan air yang banyak untuk menglairkannya melalui sprinkler di seluruh lokasi gedung.

Ya, ini keanehan pertama, tapi okelah namanya bencana kadang tidak dapat diprediksi, mungkin saja api cepat membesar. Akan tetapi apakah ada unsur kesengajaan dalam kasus kebakaran di Gedung Cyber tersebut?

Gedung ini memang “dikuasai” oleh APJII, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Menurut laporan CNN Indonesia tanggal 3 Desember 2021, APJII akan melakukan kelayakan Gedung Cyber. Ini adalah keanehan kedua, seharusnya kelayakan tersebut setiap tahun di audit oleh badan-badan tertentu, serti ISO, Uptime, dan sebagainya.

Menurut laporan Kompas.Com ada beberapa Website dan Aplikasi yang terdampak karena Gedung Cyber kebakaran. Seperti Rrumahweb dan Niagahoster yang merupakan hosting ternama di Indonesia, mungkin ada puluhan ribu website dibawha naungan “hosting murah” mereka.

Inilah pentingnya untuk memiliki backup data center sebagai strategi delivery bisnis IT, terutama bagi para agregator dan penyedia jasa hosting. Sehingga di era digital sekarang ini, sudah tidak ada alasan lagi data hilang atau operasional terhenti karena insiden apapun.

Bagi Anda yang Terdampak, Berikut Solusinya

Bagi para penyedia layanan website dan hosting, Anda dapat menggunakan block server managed cloud VPS yang dalam 6 jam semua dapat kembali aktif. Biayanya sekitar Rp. 50 juta per tahun, dengan daya tampung sektiar untuk 250 website. Jika Anda ada 1000 website, maka memerlukan 4 block server.

Bagi Anda para client layanan hosting website dan jika memiliki backup secara offline, maka Anda cukup beruntung. Anda hanya perlu menghubungi layanan penyedia website ini untuk migrasi hosting dan mail server dengan biaya Rp. 500rb per tahun untuk space 1 GB.

Anda harus secepatnya mengalihkan operasional website Anda ke server yang dapat di akses oleh publik. Biaya downtime per jam dapat merugikan bisnis Anda bahkan hingga milyaran rupiah per jam.

Apa yang menjadi murah kini menjadi sangat mahal, akan tetapi selalu ada pelajaran yang dapat kita ambil dari setiap kejadian.

Pencegahan Kedepannya

Seperti yang kami jelaskan di atas, menggunakan server cadangan di lokasi terpisah sudah menjadi kewajiban bagi setiap bisnis, apalagi penyedia layanan teknologi informasi.

Selain itu, untuk network hotel seperti Gedung Cyber, seharusnya mereka memiliki backup, sehingga saat terjadi insiden seluruh operasional dan layanan dapat dialihkan melalui data center cadangan.

Mengenai kelayakan gedung, ini harusnya di periksa setiap tahun oleh badan-badan terkait. Biaya yang dikeluarkan untuk ini tidak seberapa jika kita bandingkan dengan dampak yang terjadi ketika gedung cyber kebakaran.

Semoga kedepannya kejadian seperti ini dapat kita cegah bersama demi kemajuan bisnis dan teknologi informasi di Indonesia.

Pin It on Pinterest

Share This