Jejak karbon monoksida di Indonesia terus meningkat. Penting bagi kita untuk mengetahui berbagai cara untuk menurunkan emisi gas karbon di Negara tercinta ini.
Kesepakatan antar negara juga sudah mendapatkan komitmen secara global untuk menurunkan emisi karbon hingga 0% (Net-Zero Pact).
Jumlah Emisi Gas Karbon Indonesia Terkahir
World Bank mempresentasikan jumlah emisi gas kabon di Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 2 juta ton per kapita. Jumlah ini masih kalah tinggi dengan tingkat polusi gas karbon monoksida di Singapore, yakni mencapai 8.3 juta ton CO2 per kapita.

Grafik Emisi Gas Karbon di Indonesia dari Tahun ke Tahun. Sumber: Macrotrends.com
Ini bukan berarti kita bisa santai-santai saja, akan tetapi kita harus segera upayakan cara untuk menurunkan emisi gas karbon di Indonsia hingga ke titik 0. Target optimis ini merupakan kesepakatan global untuk tahun 2050, dan penurunan 50% emisi karbon di tahun 2025.
Negara-negara di Uni Eropa telah berhasil menurunkan kadar emisi karbon mereka. Hal ini dapat kita lihat pada grafik di halaman website world bank. Trend emisi karbon di Uni Eropa dan Amerika Serikat menurun tajam. Ini menandakan era industri ramah lingkungan semakin terasa.
Menurunkan Emisi Gas Karbon di Indonesia
Pemerintah Indonesia menaruh perhatian serius terhadap isu lingkungan (Environmental, Sustainability, Governance atau ESG). Emisi gas karbon secara nyata telah membawa perubahan iklim, seperti kemarau yang sebabkan kebakaran hutan dan banjir besar di beberapa belahan dunia termasuk di Indonesia.
Tentu pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam menurunkan emisi gas karbon di Indonesia. Para pelaku industri di Indonesia mendapat dukungan di berbagai sektor. Misal, insentif pajak, kemudahan mendapatkan pasokan sumber energi yang lebih bersih seperti gas alam dan sebagainya.
Emisi karbon selain berasal dari transportasi, pemakaian listrik yang bersumber dari PLN Batu Bara atau Solar juga menyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia.
Belajar dari negara-negara di Uni Eropa dan Amerika Serikat, ada beberapa cara untuk menurunkan emisi gas karbon di Indonesia:
- Idealnya menggunakan energi baru terbarukan. Akan tetapi untuk kapasitas besar akan memakan waktu pengadaannya. Saat ini pemerintah sedang membangun ladang listrik tenaga surya dan angin di beberapa daerah di Indonesia.
- Menggunakan sumber energi yang lebih bersih. Seperti: gas alam, nuklir geothermal, dan hyrdo-kinetik.
- Inovasi dan teknologi pada efisiensi penggunaan listrik. Kedepannya akan semakin banyak bangunan gedung yang ramah lingkungan, seperti menggunakan AC yang lebih kecil karena terdapat sistem pengaturan aliran udara alami yang efektif menjaga suhu serta kelembapan..
- Memasyarakatkan penggunaan transportasi publik. Untuk menurunkan emisi karbon dari asap knalpot kendaraan.
- Peralatan hemat energi. Baik untuk skala industri hingga personal, peralatan hemat energi kian banyak ditemukan, seperti server yang hemat energi untuk sebuah data center.
- Peraturan yang konsisten. Untuk menjaga dan terus mengarahkan semua pihak untuk mencapai tujuan Net-Zero Emissions di tahun 2050. Sebaiknya pemerintah tidak perlu mempersulit masyarakat dan pelaku bisnsi yang ingin mengadakan listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan.
Pulau Jawa Penyumbang Polusi CO2 Terbesar di Indonesia
Proyeksi emisi CO2 di Pulau Jawa, dengan menggunakan model GAINS dari tahun 1990 hingga 2050, menunjukkan peningkatan emisi CO2 yang didominasi oleh bahan bakar batubara.
Kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik di Pulau Jawa pada tahun 2003 mencapai 74% dari total kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik nasional.
Demikian pula proyeksi BPPT dan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional menunjukkan bahwa PLTU batubara merupakan penyumbang emisi CO2 terbesar di lingkup nasional.
Fokus pada wilayah terbesar penyumbang emisi gas karbon dapat menjadi salah satu cara yang efektif dalam menurunkannya.
Penyebab tingginya emsi karbon di Pulau Jawa adalah karena pembangkit listrik tenaga batu bara dan solar merupakan sumber energi utama.
Sudah saatnya gas alam dan geothermal menggantikan batu bara dan solar sembari menunggu pembangkit listrik dari tenaga surya dan angin tersedia untuk mencukupi kebutuhan listrik di Nusantara.
Pesatnya penetrasi internet dan transformasi digital dengan penggunaan infrastruktur IT yang besar juga turut menyumbang emisi gas karbon di Indonesia. Penetrasi digital ini juga terbesar di Pulau Jawa. Untungnya, Pemerintah Indonesia sangat mendukung investasi green data center di Indonesia.
Kesimpulan:
Selain besarnya populasi penduduk di Indonesia, penggunaan batu bara dan bahan bakar fosil menjadi penyebab utama naiknya trend emisi CO2 dari tahun ke tahun. Untuk menurunkan emisi CO2, pengunaan batu bara dan bahan bakar fosil harus diganti dengan sumber energi yang lebih bersih hingga menggunakan sumber energi terbarukan.
Dampak pemanasan global dan perubahan iklim antara lain naiknya permukaan air laut yang dapat menenggelamkan pulau-pulau dan siklus hidrologi yang dapat meningkatkan penyebab banjir dan musim kemarau yang panjang.
Sekali lagi, pemanasan suhu di dunia adalah sesuatu yang nayat. Oleh karena itu, kesadaran para pelaku usaha sangat diperlukan dari sekarang.
Untungnya, beberapa teknologi terbaru dapat berguna untuk menurunkan produksi emisi karbon di Indonesia.
Penggunaan gas alam sementara dapat diandalkan untuk mencapai target penurunan emisi gas karbon hingga 50% di Indonesia. Sementara itu di tahun 2050 diharapkan energi terbarukan semakin banyak tersedia di Indonesia.
Pemerintah perlu menerapkan peraturan yang jelas mengenai emisi gas karbon. Saat ini, pengacara (advokat) di seluruh dunia sudah banyak yang bergerak “mengincar” perusahaan-perusahaan yang terdeteksi menghasilkan emisi gas karbon yang tinggi.